PotretBisnis.com, MEDAN-Manusia hampir tidak bisa menghapal seluruh pengetahuan yang didapatkannya. Karena itu manusia harus menulis atau dengan kata lain artinya mengarsip semua pengetahuan yang didapatkannya agar seluruhnya bisa tercatat.
Hal ini diungkapkan penulis Eka Kurniawan di depan puluhan peminat buku-bukunya pada event Nobar: Nongkrong dan Nonton Bareng Eka Kurniawan, di Gramedia Medan Manhattan, Sabtu (10/8) pukul 14.00 WIB sampai selesai. “Niat awal kita (menulis) untuk membantu kita mengingat. Tetapi ketika dituliskan, kita butuh membacanya kembali. Jadi, kita ternyata tidak hanya harus menulis supaya bisa dibaca kembali tetapi juga agar bisa dimengerti orang lain, supaya kita juga paham. Dari situlah kebutuhan manusia untuk menulis menjadi meningkat, tidak hanya sekadar mengingat tetapi untuk komunikasi yang akan lebih mudah dipahami. Dengan konversi, saya mengerti, kamu mengerti, artinya tujuannya tercapai,” katanya.
Pada event tersebut, Eka Kurniawan membawakan dua novelnya yang didiskusikan pada saat kegiatan berlangsung, yakni Novel Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong dan Novel yang difilmkan berjudul Tak Ada yang Gila di Kota Ini.
Sebagai penulis, Eka mengutarakan bahwa menulis ataupun membaca bisa dijadikan sebuah kebutuhan. “Semakin banyak orang menulis, artinya akan semakin banyak informasi yang tersampaikan. Bahasa haruslah tidak hanya baik saja, tetapi juga perlu menggunakan bahasa yang menarik supaya dibaca orang lain. Tapi, menulis itu yang utama adalah apa yang kita tulis itu kita rasa penting. Kita punya gagasan, cerita, yang ingin disampaikan ke orang lain. Saya ingin berbagi cerita, yang penting disampaikan, yang bisa diingat, yaitu informasi yang tidak hanya penting untuk hari ini tetapi di hari yang akan datang,” bebernya.
Meski demikian, selama akunya, selama menulis, dia sendiri tidak bisa mengetahui apakah tulisannya disukai orang lain. “Saya sebenarnya tidak tahu saat menulis apakah pembaca suka. Tetapi saya bermain-main dengan kalimat, saat orang membaca kalimat pertama, orang bisa menyukainya. Triknya, rasa ingin tahu itu milik semua. Ketika kita bercerita orang ingin mendengarkan,” ungkapnya.
Mengenai novelnya, dia menjelaskan singkat bahwa tulisannya ini mendeskripsikan hubungan antara orang tua dan anak. “Ini novel ke 5 saya, novel terakhir itu 8 tahun lalu, jadi setelah delapan tahun lalu baru ada. Novel ini hubungan antara orang tua dan anak.
Dia juga berharap acara seperti ini bisa sering terlaksana. “Saya belum pernah buat acara di Medan, jadi ini pertama kali. Dan saya lihat antusiasnya sangat menyenangkan. Saya berharap tidak hanya untuk buku saya tetapi akan banyak lagi dibuat acara seperti ini.
Acara seperti ini sudah dilakukan seperti di Semarang, hari ini Medan dan akan lanjut. Mengenai minat baca saat ini, saya harap sih semakin baik. Tapi masalah sebenarnya bukan sekadar minat baca, tetapi rangkaiannya, baik (buku) di rumah, (buku) di sekolah, itu gampang didapat. Jadi ketika buku didapat, mudah dilakukan. Jadi menurut saya keberadaan buku dan akses membaca,” tambahnya.
Asst. Store Manager Gramedia Manhattan, Tunjung Agam dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan nobar tersebut menyatakan harapan agar masyarakat bisa mendapat inspirasi baru. “Semoga acara ini berjalan lancar, teman-teman yang hadir juga mendapat inspirasi baru dari acara ini,” ujarnya. (PB/SYT)